March 19, 2008

Eksistensi Farmasis sebagai Entitas dalam Dunia kesehatan Indonesia

Dalam dunia kesehatan kita mengenal adanya tripartit tenaga medis yang terdiri dari dokter, apoteker dan suster atau perawat. Masing-masing profesi ini memiliki tugas dan perannya tersendiri sesuai dengan kode etik profesi. Ironisnya, realitas yang ada menunjukan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia hanya mengenal peran dokter dan perawat sebagai tenaga medis, lalu kemanakah apoteker?. Bisa jadi ini adalah sebuah pertanyaan retoris yang mencoba menyingkap masalah klasik tentang eksistensi apoteker dalam dunia medis namun sudah semestinya hal ini menjadi ”PR” dan tanggung jawab besar yang harus segera dibenahi bagi para apoteker dan mahasiswa farmasi yang masih memiliki jiwa idealisme.
Farmasis atau di negara kita disebut dengan apoteker adalah profesi yang bertanggung jawab mengurusi segala hal yang berkaitan dengan bidang kefarmasian (obat-obatan), kosmetika, makanan dan minuman, dalam hal mulai dari pengadaan, pelayanan sampai pengawasan. Profesi ini sangat ”unik”, mengapa unik? ya, karena apoteker adalah profesi yang sangat elitis. Dalam profesi kesehatan yang memiliki asisten hanyalah apoteker, sedangkan untuk dokter dan perawat kita tidak mengenal adanya asisten dokter atau asisten perawat. Asisten apoteker layaknya petugas medis dia juga harus mempunyai izin kerja sebagai asisten apoteker. Di apotek asisten apoteker banyak berperan sebagai frontline yang berhubungan langsung dengan pasien. Sedangkan apoteker sendiri sebagai penanggung jawab apotek jarang yang dapat ditemui di apoteknya meskipun dalam jam kerja dan jam buka apotek. Bahkan menurut survet UI (medisina, september 2006), 95 % apoteker di apotek hanya dipajang namanya, dan 5 % waktu dikunjungi mereka tidak ada di tempat. Hal inilah yang pada akhirnya berimplikasi pada rendahnya eksistensi apoteker dalam dunia kesehatan. Merupakan hal yang wajar jika eksistensi dokter dan perawat mendapat porsi yang lebih tinggi dalam kacamata masyarakat Indonesia karena merekalah petugas medis yang secara konsisten berinteraksi dan memberikan pelayanan langsung kepada pasien.
Melihat kenyataan yang ada, kita sebagai calon farmasis harus menatap masa depan profesi kita dengan optimis. Mari kita jaga nilai-nilai idealisme kita hingga nanti saatnya kita mendapatkan tanggung jawab besar kita sebagai apoteker. Jangan sampai kita merasa nyaman dan berdiam diri dengan kondisi yang telah ada.
JAYA FARMASI INDONESIA!!!!







Tulisan yang dibuat sebagai inisiasi kajian ISMAFARSI komisariat UI

No comments: