August 10, 2008

Dosis dan Resep


Bagi mahasiswa Farmasi pengetahuan tentang dosis dan resep merupakan pengetahuan mendasar yang wajib diketahui. Biasanya ilmu dasar ini dipelajari pada semester awal perkuliahan, sebagai pengantar ilmu kefarmasian. Lalu bagi anda yang memang tidak menggeluti kekhususan bidang farmasi dan ingin tahu tentang apa sih dosis dan resep itu? Berikut ini penjelasan singkatnya.

Dosis Obat

· Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat dan satuan isi dan unit-unit lainnya (unit internasional).

· Faktor Penentuan Dosis

a. Sejarah Kesehatan Pasien :

1. Umur

Bayi dan anak-anak memiliki dosis yang berbeda dari orang dewasa, misalnya bayi yang baru lahir (prematur) memiliki fungsi hati dan ginjalnya belum sempurna, sehingga secara normal obat-obat tidak diserap maksimal dan mengakibatkan akumulasi sampai ke tingkat keracunan.

2. Berat Badan

Ø Dosis lazim obat secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan 70kg (150 pound)

Ø Rasio antara jumlah obat yang digunakandan ukuran tubuh mempengaruhi konsentrasi obat pada tempat kerjanya

Ø Untuk pasien dewasa

Ø Dosis untuk Pediatrik ditentukan berdasarkan umur dan berat badan, misalnya dosis injeksi digitoksin sebagai berikut:

Di bawah umur 1 tahun-0.045 mg/kg

Umur 1 – 2 tahun-0.04 mg/kg

Umur di atas 2 tahun-0.03 mg/kg

Ø Menentukan dosis untuk anak-anak berdasar berat badan menggunakan Clark’s Rule:

(Berat badan/150) x dosis dewasa

3. Body Surface Area (BSA)

Ø BSA berhubungan erat dengan proses metabolisme

Ø Menentukan BSA dengan nomogram yang memuat skala tinggi, berat, dan luas permukaan.

4. Jenis Kelamin

Ø Wanita lebih sensitif terhadap efek obat terutama ibu hamil dan ibu menyusui (efek negatif untuk fetus atau uterus)

Ø Janin sangat sensitif terhadap unsur-unsur obat dan kimia

5. Status Patologi

Ø Obat yang diberikan boleh dipakai bila manfaatnya melebihi resikonya.

Ø Contoh: Pasien dengan gangguan ginjal diberikan tetrasiklin

6. Toleransi Obat

Ø Kemampuan memperpanjang pengaruh obat khususnya bila dibutuhkan untuk pemakaian obat yang terus-menerus

Ø Dikembangkan pada Obat Spesifik (Chemical Congener) Antihistamin, Barbiturat, Analgesik, dan Narkotik

7. Waktu Pemakaian

Ø Berhubungan dengan efek biologis terutama absorbsi yang optimum

Ø Berhubungan dengan dosis terutama bila terapi obat dilakukan secara oral yang berhubungan dengan makanan

8. Terapi dengan obat yang diberikan bersamaan

Ø Interaksi obat secara fisik dan kimiawi

Ø Penyelidikan interaksi obat dengan obat lain atau makanan menggunakan uji laboratorium secara klinis sisi penting terapi obat dan praktik farmasi

Ø Dosis Rangkap = Dosis Kombinasi

Dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat yang sama.

9. Bentuk Sediaan & Cara Pemakaian

Ø Berdasarkan pada beda kecepatan dan luasnya absorbsi dari berbagai macam cara pemakaian obat.

Ø Secara komersial dibuat bentuk sediaan yang mengandung jumlah obat yang ditetapkan, dirancang untuk memperoleh dosis lazim yang diperlukan oleh pasien

Resep

Adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Resep ditulis dengan terminologi dalam bahasa latin, sehingga wajar bagi anda yang bukan orang farmasi atau kedokteran mengalami kesulitan dalam membaca resep.

· Yang berhak menulis resep:

a] Dokter

b] Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut

c] Dokter hewan, terbatas kepada pengobatan hewan

· Hal-hal yang harus dimuat dalam resep:

a) Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, dan dokter hewan

b) Tanggal penulisan resep (inscriptio)

c) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat dan komposisi obat (invocatio)

d) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)

e) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (subscribtio)

f) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan

g) Tanda seru (!) dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis rasional

· Contoh Resep

Dr. Bajuri Ahmad

SIP no. 228/K/84

Jln. Budi Kemulian no. 8A

No. Telp. 4265

Jakarta.

Jakarta, 13-5-1984

R/ Acetosal mg 500

Codein HCL mg 20

C.T.M. mg 4

S.L q.s

m.f. pulv. Dtd. No. xv

da in caps

S.t.d.d. caps. I

Paraf/tanda tangan Dokter

Pro: Ny Oneng Gigi Kembar (dewasa)

Jln. Merdeka 10 Jakarta

Oiya perlu diketahui juga bahwa yang menentukan dosis dan menulis resep adalah kewenangan dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Tugas apoteker sendiri adalah menguji kerasionalan resep yang diberikan dokter dan membuat (dispensing) apa yang ditulis dalam resep.

August 06, 2008

Telitilah Dalam Membeli Obat

Maraknya peredaran obat palsu di Indonesia sudah bukan merupakan hal yang baru. Tingkat ekonomi yang rendah serta pengetahuan masyarakat Indonesia yang masih awam masalah kesehatan menjadi salah satu faktor pemicu larisnya perdagangan obat palsu. Lihat saja di pasar pramuka sana anda akan dengan mudah menemukan sekian banyak jenis produk obat yang dipalsukan.Dalam mengatasi permasalahan ini sebaiknya kita jangan terlalu berharap pada peran Badan POM untuk mengatasinya secara tuntas karena hal ini bukan pekerjaan mudah dan memerlukan peran serta semua pihak termasuk konsumen itu sendiri sebagai pelaku utama. Pihak POM sendiri menyatakan meskipun telah berupaya keras dalam memberantas peredaran obat palsu di pasaran namun upaya tersebut belum optimal dikarenakan keterbatasan personil. Oleh karena itu cara yang paling efektif adalah dengan memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk cermat dalam membeli obat. Berikut ini beberapa tips aman dalam membeli obat:

1. Belilah obat pada Apotek dan toko obat yang mendapatkan izin
Apotek merupakan sarana yang tepat untuk membeli obat. Selain anda dapat membeli obat yang keasliannya dapat dipertanggungjawabkan anda juga dapat berkonsultasi perihal penggunaan obat tersebut kepada apoteker yang bersangkutan. Atau jika memang anda malas untuk pergi ke apotik anda juga bisa membeli obat di toko-toko obat yang mendapatkan izin, namun hati-hatilah dalam memilih toko obat karena biasanya banyak sekali toko obat yang berdiri tanpa mendapatkan izin resmi dari pemerintah. Untuk mudahnya yang perlu anda ketahui adalah toko obat hanya menjual obat bebas dan tidak diizinkan menjual obat keras seperti antibiotik dan lainnya, sehingga anda patut mencurigai kalau ada toko obat yang menjual obat keras dan anda juga berhak melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
Rata Penuh
Logo obat bebas obat bebas terbatas obat keras


2. Cermati kemasan yang digunakan
Sebenarnya kalau kita jeli dalam mengamati, obat palsu dapat dengan mudah dibedakan dari obat asli dari kemasannya, berikut ini beberapa contoh perbedaan kemasan obat palsu dan asli:
a. IMDUR 60 mg (Anti Angina Pektoris)



b. NIZORAL tablet 200 mg (Anti Fungi)



ASLI PALSU

c. PERBANDINGAN ESPERSON THAILAND ASLI DAN PALSU



ASLI PALSU


3. Jangan percaya dengan efek yang langsung terasa dalam waktu singkat
Mungkin sebagian besar dari kita menganggap kalau obat yang paling baik adalah yang langsung terasa khasiatnya setelah diminum. Sebenarnya pendapat itu belum tentu benar, karena untuk memberikan efek/khasiat sediaan obat harus melalui beberapa tahapan, untuk obat konvensional dalam bentuk tablet misalnya tahapan yang dilalui sebelum obat memebrikan efek antara lain:
a. Disinetgrasi tablet atau hancurnya tablet didalam saluran pencernaan
b. Deagregasi atau proses dimana tablet akan menjadi butiran partikel-partikel yang halus
c. Disolusi atau larutnya bahan berkhasiat dalam tablet kedalam cairan tubuh
d. Absorpsi atau proses penyerapan bahan berkhsiat yang selanjutnya melalui sirkulasi darah akan diedarkan menuju reseptor atau tempat kerja dari obat tersebut barulah setelah obat tersebut berikatan dengan reseptor dan mencapai dosis terapi obat kemudian memberikan efek pengobatan.

Namun jika obat yang dikonsumsi bukan obat –obat konvensional yang harganya sudah barang tentu lebih mahal, khasiat yang langsung terasa bisa terjadi karena memang ada sediaan obat yang sengaja didesain secara teknologi farmasetik untuk memberikan efek cepat atau short acting.

Nah itulah beberapa tips yang bisa saya berikan semoga bisa bermanfaat bagi pembaca blog ini.

August 05, 2008

Prosentase Temuan Obat Palsu Tahun 2007


sumber:BPOM RI

ALKOHOL DALAM OBAT

Sekitar 25 tahun silam, ramai polemik di surat kabar ibu-kota mengenai keberadaan etanol dalam suatu obat penurun panas yang sangat populer dan mendominasi pasar saat itu . Sebagian kalangan mempersoalkan bahaya etanol (alkohol) dalam campuran obat tersebut. Mereka berpendapat etanol yang digunakan sebagai pelarut paracetamol - zat utama penurun panas, diperkirakan dapat menimbulkan bahaya bagi si bayi. Si mungil yang baru lahir belum memiliki sistem yang sempurna untuk memetabolisme alkohol sehingga cenderung menimbulkan kelainan syaraf nantinya. Pada saat itu memang hampir semua obat penurun panas, obat flu dan batuk yang berbentuk sirup mengandung etanol sebagai pelarut.

Sebagian kalangan, terutama dari pabrik obat, membela dengan mengatakan jumlah etanol dalam obat tetes penurun panas sangat sedikit, sehingga tak perlu dikuatirkan. Agaknya mereka lupa bahwa bagi bayi yang beratnya jauh lebih kecil dari orang dewasa, satu cc alkohol itu tidak sedikit jumlahnya, apalagi diminum 3 atau 4 kali sehari.
Untunglah polemik tersebut kini sirna. Pabrik obat telah membuang alkohol sebagai kandungan obatnya. Obat tersebut kini tidak lagi mengandung alkohol, seperti yang ditulis pada kemasannya. Begitu pula dengan obat penurun panas lainnya.

Dijauhi Konsumen

Alkohol ternyata bukan hanya dikandung obat penurun panas, banyak obat seperti sirup obat batuk, tonikum juga menyertakan alkohol dalam menu obatnya. Kini banyak pengguna obat di tanah air mulai mempersoalkan keberadaan alkohol bila hendak membeli obat, terutama konsumen yang beragama Islam yang mengharamkan alkohol. Walau ada yang berpendapat alkohol dalam campuran obat bukan minuman yang memabukkan namun cairan pelarut agar saja , tidak sedikit konsumen yang menjauhi penggunaan obat-obatan yang beralkohol tersebut.
Untunglah sebagian produsen obat di tanah air juga cukup bijak menyikapi hal ini. Banyak obat batuk dan vitamin di hari-hari terakhir ini telah melenyapkan alkohol dari isi campuran obatnya. Sebagai contoh tonikum bayer, kini telah bebas alkohol. Benadryl, Sanadryl - si sirup obat batuk kini telah mencampakkan alkohol dari campurannya. Hanya beberapa obat batuk saja yang masih menggunakan alcohol dalam obat batuk. Malah banyak pabrik mencantumkan kalimat Tidak Mengandung Alkohol pada wadah obatnya . Suatu cara promosi yang jitu agar obat tersebut tidak kehilangan konsumennya, terutama yang mengharamkan alkohol. (AK)









sumber: apotekputer.com



Bahaya Obat Anti Merokok

Kalau orang Indonesia menilai kecanduan merokok sebagai hal biasa - malah dianggap macho, tidak demikian halnya dengan orang negara maju seperti AS dan Eropa. Mereka menganggap merokok sebagai penyakit, dan karena itu harus dienyahkan sebagaimana layaknya penyakit lainnya. Karena itu pabrik farmasi berlomba-lomba menciptakan obat yang dapat menghentikan kecanduan merokok. Dengan harapan, kalau berhasil menemukan obat yang betul-betul manjur, milyaran dolar pasti masuk sebagai keuntungan pabrik Farmasi.
Harapan itu tampaknya nyaris menjadi kenyataan. Pada 10 Mei 2006, pabrik farmasi AS Pfizer bergembira karena FDA meloloskan obat anti merokok temuannya untuk diedarkan. Menurut Pfizer, tingkat keberhasilan penggunaan obat pada pencandu sekitar 44 prosen, jauh lebih tinggi dari obat anti merokok pabrik lain seperti Zyban. Beberapa bulan kemudian Chantix yang berisi varenicline tartrate marak dipasarkan di AS dan Uni Eropa dan puluhan negara lainnya. Di Indonesia Chantix juga dipasarkan Pfizer, tapi dengan nama dagang vareniklin.


Berkat promosi yang gencar, Chantix laku keras di AS. Menurut majalah Fortune, hingga November 2007 sudah 4 juta warga AS diberi resep chantix untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Di samping itu nilai penjualan chantix di seluruh dunia telah mencapai 883 milyar dolar untuk tahun 2007 dan telah digunakan 6,5 juta orang (New York Time, 22 Mey 2008) . Pfizer memperkirakan obat ini dalam beberapa tahun akan menjadi obat unggulan (blockbusters), tak ubahnya seperti viagra dan lipitor, yang selama ini telah memberikan keuntungan milyaran dolar kepada Pfizer. Dan yang penting, obat baru ini diharapkan dapat mengganti turunnya pendapatan dari penjualan Lipitor setelah habis masa patennya tak lama lagi. Di samping itu pasar chantix tak kalah luas dari lipitor. Bukankah banyak sekali warga AS dan warga dunia yang sadar merokok amat berbahaya bagi kesehatan tetapi sangat sulit melepaskan diri dari ketagihan nikotin itu. Dan mereka mau membuang uang banyak agar lepas dari ketagihan nikotin.
Pada mulanya banyak harapan pada obat baru ini walau biaya pengobatan dengan chantix amat mahal, sekitar 500 US dolar untuk 1 seri pengobatan (165 tablet). Cara pakainya juga agak merepotkan. Untuk mengobati pecandu rokok, Chantix harus diminum selama 12 minggu. Tablet Chantix ditelan sekali sehari selama 3 hari, selanjutnya dua kali sehari. Jika setelah 1 seri pengobatan dijalani kebiasaan merokok tidak hilang juga, seri pengobatan yang 12 minggu itu diulang sekali lagi.

Bagaimana Chantix bekerja?

Bila kita merokok, nikotin akan diserap dan masuk ke dalam aliran darah dan selanjutnya menuju otak. Di otak terdapat reseptor tempat nikotin mendarat. Reseptor yang telah berisi nikotin akan mengirimkan pesan ke sisi lain otak untuk mengeluarkan zat kimia dopamin, yang selanjutnya memberikan rasa senang dan nyaman. Namun keadaan ini berlangsung dalam waktu singkat. Otak pecandu memerlukan suplai nikotin lagi agar dopamin kembali keluar untuk membuat tubuh nyaman. Dan hal ini dapat diatasi bila si pecandu menghisap rokok kembali.
Bila perokok berat menelan Chantix, varenicline tartratenikotin dengan sigap mendahului menduduki reseptor nikotin sehingga kesempatan nikotin bersatu dengan reseptornya berkurang yang selanjutnya berimbas penurunan pengeluaran dopamin. Akibatnya tidak ada lagi perasaan nyaman setelah batang-batang rokok diisap.
Efek Samping Tak Kalah Berbahaya.
Laris manis penjualan Chantix di Amerika Serikat mulai terhambat sejak FDA mengeluarkan data efek samping baru chantix yang cukup serius pada 2 Pebruari 2008.
Menurut FDA, setelah dipasarkan, diketemukan efek samping yang tadinya tidak begitu terpantau. Berdasarkan data yang terkumpul, banyak terjadi perubahan perasaan dan perilaku pengguna , yang dimanifestasikan sebagai perasaan cemas, nervous, perasaan depresi, serta hadirnya keinginan untuk bunuh diri pada pengguna chantix. Efek samping itu muncul tidak saja pada saat pengobatan berjalan, tapi juga pada saat pasien mulai menghentikan pengobatan.
Menurut wartawan Judith Graham (Chicago Tribun, 18 Juni 2008), sampai Juni 2008, 40 orang telah bunuh diri dan 400 kasus ingin bunuh diri diduga keras berkaitan denga pemakaian obat Chantix.
Di antara korban adalah musisi Dallas yang terkenal, Carter Albrecht. Sebelumnya Carter dikenal santun. Namun setelah menggunakan Chantix, ia sering mengeluhkan banyaknya mimpi-mimpi halusinasi. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja ia melakukan kekerasan terhadap teman wanitanya - yang kemudian diakuinya bahwa tindakan tersebut dilakukan karena bingung - tidak lagi mengenal siapa dirinya. Malam selanjutnya Carter Albrecht ditembak mati tetangganya karena memasuki rumah tetangganya bak pengganas. Peristiwa ini terjadi pada September 2007.
Karena takut efek samping ini membahayakan dunia penerbangan, Otoritas penerbangan Amerika, FAA (Federal Aviation Administration) pada 21 Mei 2008 melarang pilot dan petugas Air Traffic Control menggunakan Chantix untuk menghentikan kebiasaan merokok, mengingat efek samping gangguan mental yang telah diumumkan FDA. Rupanya mereka kuatir perubahan perilaku pilot dapat menimbulkan kecelakaan penerbangan yang fatal seandainya ada pilot bunuh diri kala menerbangkan pesawat.
Hiruk pikuk efek samping penggunaan chantix ini rupanya menyenggol ranah politik pula. Ini lantaran diikut sertakannya ratusan prajurit Amerika Serikat yang yang menderita stress dan trauma sepulangnya dari Irak dan Afganistan pada program penghentian merokok menggunakan chantix. Bukan manfaat yang didapat, depresi merekapun semakin berat. Banyak kecaman dari anggota kongres AS kepada otoritas yang mengurus para veteran tersebut. Kok tega-teganya prajurit tersebut dijadikan kelinci percobaan dengan obat baru yang efek sampingnya akan lebih memperparah kondisi mental mereka. (Azril Kimin)




sumber:http://apotekputer.com